×

Warning

JFolder::create: Could not create folder.Path: /home/semarawi/public_html/t3-assets/dev

Do more than belong: participate. Do more than care: help. Do more than believe: practice. Do more than be fair: be kind.

Do more than forgive: forget. Do more than dream: work.
~ William Arthur Ward 

Tampak keceriaan sejumlah anak yang tinggal di sebuah rumah berlantai 2  berlokasi di Jalan Anggrek Neli Murni A110 Slipi. Rumah ini layaknya seperti rumah biasa, tapi ketika kita masuk kedalamnya kita akan menemukan anak-anak yang sedang berlari kesana kemari, berteriak, bernyanyi, seperti layaknya anak normal, tidak ada kesedihan sedikitpun tampak di raut wajah mereka. Kalau kita cermati secara seksama, terlihat gambaran fisik yang berbeda dari anak pada umumnya. Ada yang terlihat tak sempurna secara fisik dan ada yang terlihat seperti tak ada masalah. Dibalik keceriaan, terbersit adanya penderitaan fisik yang dirasakan dan bahkan mungkin tak satupun yang akan bisa menebak seberapa lama mereka kan bertahan dengan penyakitnya. Keceriaan tersebut sangat mengharukan dan juga memberi inspirasi. Anak-anak yang hanya “satu centimeter” dari kematian, tetap bisa ceria. Orang tua yang tadinya sedih, lambat laun merasakan tumbuhnya rasa pasrah dan menatap masa depan anak mereka dengan ceria. Sementara di belantara lain Jakarta, banyak orang “cemberut” dengan kemewahannya.

Humor is a rubber sword - it allows you to make a point without drawing blood
~ Mary Hirsch
Seorang teman pernah menanyakan sebuah “joke” kepada saya. Coba sebutkan salah satu profesi yang membuat si pemegang profesi punya tiket masuk surga? Jawaban singkat disertai mimik ragu-ragu meluncur dari mulut saya saat itu. Dokter, eh nggak deh, insinyur, hmm bukaaannn, presiden, jelas belum tentu, ulama, ya nggak semua…, kira-kira profesi apa ya yang seperti itu? Sambil menunggu jawaban dari penanya, otak saya terus berfikir hingga suatu titik buntu. Nyerah deh. Ternyata teman punya jawaban sendiri, walaupun tetap bisa diperdebatkan. Dengan sedikit tersenyum ia menjawab,” Pelawak” teriaknya. Loh kog pelawak kata saya.  Pelawak membuat orang tertawa bahagia. Pelawak membuat orang menjadi gembira… Ha..ha, masuk akal juga, itupun kalau lawakannya lucu.
Beberapa bulan lalu, tepatnya tanggal 23 September 201, Presiden meresmikan dua proyek infrastruktur monumental di Bali, yaitu jalan tol tengah laut pertama di Indonesia yaitu Bali Mandara yang menghubungkan antara Nusa Dua dan Benoa, serta satu proyek prestisius lainnya yang jelas-jelas disiapkan dalam rangka APEC yaitu perbaikan besar-besaran Bandara Internasional Ngurah Rai. Uniknya proyek tol yang panjangnya 12,9 km sama dengan Penang Bridge di Malaysia dan Union Bridge di Kanada ini, dapat diselesaikan hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun, dan semua teknis konstruksinya dikerjakan langsung oleh insinyur Indonesia. Demikian juga Bandar Ngurah Rai yang sudah lebih dari 20 tahun terlihat kucel, namun sudah memberikan devisa milyaran dollars ternyata selesai hanya dalam waktu 1 tahun saja. Loh kog ternyata bisa. Kondisi ini  sangat kontradiktif dibanding proyek-proyek lainnya baik itu yang dikelola oleh pusat maupun daerah. Apakah renovasi ini gara-gara kita akan menerima puluhan Kepala Negara dalam rangka pertemuan APEC. Kahawatir jalanan macet atau malu kalau bandar udaranya “jadul” dan kotor. Sepertinya jawabannya adalah ya. Ternyata proyek yang bersifat “under pressure” membuat kita bisa. Kalau begitu sebaiknya kita lebih sering ter under presure.  
Layaknya sebuah ironi, proyek infrastruktur jalan non tol ruas Casablanka-Kampung Melayu yang panjangnya hanya 3.3 km dan lokasinya di pusat pengambilan keputusan ternyata dikerjakan lebih dari 2 tahun,  molor hingga 1 tahun lamanya dari target yang ditetapkan, itupun setelah di paksa-paksa untuk segera diresmikan. Dan setelah diresmikan pun  terlihat belum tuntas penyelesaiannya terutama pada bagian bawahnya yang masih menyisakan pekerjaan tambal sulam serta taman yang dibuat seenak-enaknya ibarat kejar setoran. Apakah fenomena ini sebuah lawakan, kalau ya, patutlah kita tertawa bersama, dan pelawaknya  tentu sudah punya tiket masuk surga. Itupun kalau kita katagorikan lawakannya lucu dan menghibur.
Tasripin Monday, 04 May 2015 00:00

Tasripin

Mungkin tak banyak orang mengenal, Tasripin bocah umur 12 tahun asal sebuah dusun kecil di desa Gunung Lurah Kecamatan cilongok kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang hidup bersama ketiga adiknya sebatangkara tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya. Ibu Tasripin telah lama meninggal dunia, sedangkan ayahnya terpaksa merantau ke Kalimantan dengan kakak tertua, bekerja untuk mencari nafkah dan sekali sekali mengirimkan uang ke Tasripin, dan itupun tak selalu rutin. Untuk menghidupi kebutuhannya dan ketiga adiknya tersebut, dengan terpaksa Tasripin harus putus sekolah dan bekerja sebagai buruh tani harian di desanya.

Menarik rasanya menyimak sebuah  papan pengumuman yang dipasang oleh pemilik tanah sekitar  Jl. Dr. Satrio Jakarta yang berbunyi “TANAH INI TIDAK DIJUAL”. Sebentuk pengumuman singkat dari pemilik tanah yang menyatakan secara tegas pada siapapun yang membaca bahwa pada saat ini tanah itu tidak dijual. Mungkin sudah banyak calo / broker serta pembeli yang telah  bertanya kepada pemiliknya, apakah tanah ini dijual? Daripada lelah untuk menjawab, lebih baik menyampaikan secara tegas. Hal ini merupakan sebentuk komunikasi yang sederhana, tetapi menggambarkan keinginan yang jelas dari komunikatornya. Penggunaan  kata “tidak” dan bukannya “belum” juga menunjukkan niatan yang tidak memberikan peluang untuk melakukan sebuah tawar menawar.

 
Mudik Monday, 04 May 2015 00:00

Mudik

Ada yang unik pada saat meeting pagi dilaksanakan pada minggu terakhir menjelang liburan lebaran. Tidak hanya waktu meeting yang sedikit lebih panjang oleh karena banyaknya materi menjelang liburan yang harus dibahas, namun ada satu pertanyaan yang selalu saya ulang setiap tahunnya, yaitu siapa sajakah karyawan yang akan mudik di liburan lebaran kali ini? Ekspresi pertama yang muncul adalah hampir sebagian besar mengangekat tangannya, dan sebagian hanya terdiam, ada yang tersenyum, ada yang sedikit cemberut, bahkan ada yg kelihatan tertarik untuk bercerita lebih lanjut.

Lift Monday, 04 May 2015 00:00

Lift

Hidup di Jakarta bagi sebagian orang mungkin sebuah mimpi, ada harapan yang muncul ketika sesorang berbicara tentang Jakarta.  Terbayang oleh mereka adanya simbol-simbol kemakmuran disana, tapi bagi sebagian besar yang pernah tinggal di Jakarta, pandangan tersebut hanyalah sebuah fatamorgana. Jakarta adalah kota yang penuh dengan kemacetan, sudah bukan rahasia umum bila untuk menuju suatu tempat yg berjarak 2 atau 3 km, kadangkala membutuhkan lebih dari 1 jam perjalanan. “Tua di Jalan” sebuah istilah yang tak asing di telinga kita.

 
Kentut Monday, 04 May 2015 00:00

Kentut

Siapa nih yang kentut?, suatu umpatan yang biasa dilakukan oleh seseorang ketika mencium suatu bau yang tak sedap diantara sekumpulan orang lain. Rupanya orang tersebut sedang membutuhkan sebuah pengakuan dosa, walaupun kenyataan bau yang sudah dihirup tak mungkin dengan mudah dihilangkan begitu saja. Apakah dengan pengakuan dosa, bau akan kembali menjadi harum? Jelas dan pasti tentu tidak jawabannya. Mungkin pengakuan dosa dibutuhkan sebagai bentuk katarsis yang dapat meringankan rasa bau dan kesal dihati. Disisi lain, memang sulit membayangkan bahwa yang kentut akan mengakuinya, kecuali pada saat kentut disertai dengan bunyinya. Apakah yang mencium akan memaafkannya setelah tahu, tentunya belum dapat dipastikan juga.

"Ya Tuhan, kenapa ku dilahirkan dan dibesarkan dalam kondisi yang berbeda dalam fisik, pikiran dan perbuatan, dengan Pak Dudung tetangga disebelah, dengan Sitorus anak buah dikantor, Surya Paloh bos Media Indonesia, atau SBY Presiden RI, apakah ini bagian dari KemahakuasaanMu, yang menciptakan keberagaman ini, kalau Ya, mengapa ada yang berfikiran bahwa segala sesuatunya kita harus sama?"

Akhir-akhir ini pemerintah DKI sedang gencar-gencarnya melaksanakan pembangunan infrastruktur di berbagai bidang dengan mengacu pada kritikan terhadap tiga masalah utama yg tak kunjung berakhir yaitu; banjir dan kemacetan, dan premanisme. 
Seperti layaknya proyek-proyek yang telah dilaksanakan sebelumnya, semuanya mengharapkan masalah yang selama ini mereka jalani sedikit demi sedikit bisa diatasi kedepannya, dan keluhan-keluhan masyarakat akan berkurang.  Namun realitanya, setiap proyek selalu membawa implikasi yang tidak ringan pada saat dijalankan, yaitu;  penggusuran lahan hingga kemacetan, baik kemacetan fisik maupun kemacetan pikiran dan moral.
 

Berusaha mencapai bintang, mungkin menjadi tagline yang tak asing bagi karyawan sebuah perusahaan besar di Jakarta. Mencapai bintang merupakan sebuah perumpamaan yang ingin ditanamkan  dan juga merupakan sebuah spirit positif  yang memprovokasi setiap elemen karyawan untuk memiliki angan-angan bisa menggapai dan menjadi “bintang”. Tapi akhir-akhir ini kata bintang cenderung bukanlah menjadi suatu yang positif. Bintang selalu dilekatkan pada keberhasilan fisik berupa kekuasaan, kekayaan, dan ketenaran atau mengutip bahasa sosio politik upaya mencapai  triangle “gold, gospel dan glory”. 

Page 2 of 2

Walapun luarnya hitam yang penting isinya putih

Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Phone: 0816-1339935

 
 

Flickr Images

portfolioportfolioportfolioportfolioportfolioportfolioportfolioportfolioportfolio