×

Warning

JFolder::create: Could not create folder.Path: /home/semarawi/public_html/t3-assets/dev

Monday, 04 May 2015 00:00

Honda Yamaha Tariiiiiiikkk Mangggggggg

Rate this item
(0 votes)
Worry does not empty tomorrow of its sorrow;
it empties today of its strength.
~ Corrie Ten Boom

Melewati beberapa jalan di Jakarta, tak jarang kita mendengar suara musik yang sedikit memekakkan telinga yang keluar dari alat pengeras suara yang dipasang dipinggiran jalan. Musik yang diperdengarkan berkisar lagu rock dan lagu dangdut, dua genre musik yang kadangkala memiliki penggemar yang sangat kontras berbeda dan juga musik yang berada di grey area, oleh karena penggemarnya sangat majemuk dan cukup banyak terutama dari kalangan kaum muda yang cenderung enerjik.

 
Musik yang diputar bukanlah datang dari sebuah hajatan perkawinan yang biasanya juga mengundang kelompok musik dangdut untuk memeriahkan acara hajatan tersebut, tapi datang dari sekelompok para penjual kendaraan bermotor roda dua yang berusaha menarik perhatian dari pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor untuk singgah atau sekedar membaca brosur harga kendaraan yang dibagikan oleh gadis-gadis cilik yang bertebaran di sepanjang jalan tersebut.
 
Ternyata kiat untuk menjual produk otomotif saat ini tidak seperti cara-cara lama yang konvensional dengan menunggu pembeli berdatangan ke showroom mobil atau motor. Penjual sudah sangat aktif untuk memburu konsumen hingga menggunakan cara-cara yang kadangkala diluar dugaan. Semua area atau lokasi bisa dijadikan tempat untuk menjajakan kendaraan. Tidak hanya di showroom, penjual telah merambah hingga ke mall-mall dan pusat perbelanjaan , event-event publik hingga menjajakan kendaraan  dengan membawa kendaraan langsung dalam mobil bak terbuka dikawasan-kawasan yang ramai pengunjung. Bila kita amati secara lebih seksama, cara menjual produk seperti ini tak beda ibaratnya dengan pedagang “mindring” dari Tasikmalaya Jawa Barat yang menjual produk kelontong kekampung-kampung, langsung ke konsumen, dengan tak lupa buku kecil catatan pelanggan kredit menyertainya.
 
 
Begitu gencarnya penjual untuk menggaet pembeli ini tidak hanya menyiratkan begitu ketatnya persaingan di sektor ini, walaupun barang yang dijajakannya tidaklah murah, namun kiat untuk mengunjungi konsumen langsung dan bahkan kadangkala juga menyediakan kendaraan yang siap dicoba menunjukkan bahwa cara-cara konvensional dengan duduk manis menunggu di balik counter showroom bukanlah pilihan yang tepat dipergunakan dalam persaingan yang ketat dewasa ini.
 
Kecepatan dan kemudahan akses untuk mendapatkan produk serta dapat melihat dan merasakan performa langsung juga menjadi hal yang utama disamping harga dan kemudahan cara serta besaran pembayaran. Bukan rahasia umum bahwa dengan biaya uang muka hanya sebesar Rp. 500.000,- seseorang telah dapat membawa sebuah kendaraan baru pulang kerumah. Banyak arisan kendaraan yang biasa dilakukan di instansi-intansi pendidikan dan pemerintah dengan terpaksa bubar dengan sendirinya, mengingat kendaraan roda dua yang dulunya terasa mewah sehingga membutuhkan mekanisme arisan bergilir untuk mendapatkannya sekarang dapat dilakukan dengan mencicil langsung secara lebih murah, tanpa menunggu giliran untuk mendapatkan kendaraan. Demikian pula leasing dan koperasi-koperasi karyawan yang dahulunya sangat alergi untuk menyediakan atau menjual kendaraan roda dua sekarang sudah menjadi agen penyalur penjualan dengan melakukan kerjasama dengan distributor terdekat. Demikian pula perusahaan banyak yang telah memperluas program benefitnya dengan menyediakan fasilitas Motorcycle Ownership Program (MOP - program kepemilikan kendaraan bermotor) bagi karyawannya.
 
Sejalan dengan perjalanan waktu, produsen juga mencermati bahwa perubahan prilaku konsumen sangat berpengaruh pada tingkat penjualan termasuk siapa sebagai endorser atau penentu pembelian sebuah produk. Tidak bisa dipungkiri bahwa telah terjadi pergeseran penentu pembelian, yang dahulunya sangat ditentukan oleh orang tua sekarang telah bergeser ke generasi mudanya. Perubahan ini juga berdampak pada jenis kendaran yang ditawarkan. Banyak event yang diselenggarakan oleh produsen guna mendukung branding produknya, dari acara yang terkesan mewah nonton bareng GP 500, mendatangkan pembalap asingnya untuk kongkow-kongkow di Indonesia hingga bahkan maraknya acara sekelas jalanan yaitu ‘road race” diselenggarakan dimana-mana. Produsen juga memahami pergerakan dan pertumbuhan gender, terbukti dengan larisnya penjualan motor skutik yang terkenal sebagai motor yang diperuntukkan bagi wanita muda yang enerjik. Dipelopori oleh Jetmatik Kymco, Yamaha mengeluarkan Yamaha Mio untuk mendongkrak penjualannya untuk menyaingi laju penjualan Honda. Melihat peluang yang cukup besar itu, membuat Honda tidak mau ketinggalan dan me-launching Honda Scoopy, untuk meredam sepak terjang Yamaha Mio.
 
Bila  kita menyimak persaingan di sektor ini tak dapat dipungkiri bahwa ada dua pemain besar yang selalu bersaing untuk mengejar posisi sebagai market leader. Kedua merk tersebut adalah Honda dan Yamaha. Dengan didukung oleh jaringan bisnis yang kuat dari prinsipalnya serta penguasaan jaringan dan distribusi serta after sales service yang cukup mumpuni, kedua merk tersebut silih berganti merajai distribusi dan penjualan kendaraan roda dua di Indonesia. Sebagai gambaran berdasarkan data penjualan yang dimiliki  YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia-distributor penjualan kendaraan roda dua merk Yamaha) yang dirilis oleh Asosiasi Indiustri Sepeda Motor Indonesia (AISI) terlihat bahwa dari tahun 2005 hingga tahun 2011 terjadi peningkatan yang signifikan dari kedua merk kendaraan ini disamping beberapa merk kendaraan lainnya. Kedua produk saling berusaha merebut posisi sebagai market leader. Dari data menunjukkan bahwa pada tahun 2005 Yamaha berhasil melakukan penjualan sebesar 1.224.669 unit pertahun, atau sekitar 24,2 %, sedangkan Honda melakukan penjualan sebesar 2.648.157 unit atau sekitar 52,4 %, berarti ada 23.4 % dikuasai oleh merek lain. Dari angka tersebut terlihat bahwa total penjualan kendaraan pada saat itu adalah sebesar 5.055.908 unit. Tahun 2006, terjadi peningkatan penjualan di merk Yamaha menjadi 1.458.561 unit atau 32,9 % sedangkan Honda bertahan diangka 2.340.168 unit  atau sekitar 52,8 %. Bila dilihat angka tersebut berarti untuk tahun ini angka penjualan sebesar 4.432.589 unit atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Di tahun 2007, Yamaha kembali membukukan peningkatan penjualan menjadi 1.833.506 unit atau sekitar 39,1% sedangkan Honda mengalami penurunan kembali menjadi 2.140.989 unit atau menguasai 45,7% pangsa pasar. Total penjualan tahun 2007 ini berarti sejumlah 4.686.905 unit.
 
 
Penjualan kendaraan roda kembali menggeliat di tahun 2008, dimana Yamaha berhasil membukukan penjualan 2.465.546 atau 39,6%, sedangkan Honda kembali bangkit dengan berhasil membukukan penjualan sebesar 2.874.576 unit atau 46,2%, jadi total penjualan tahun ini sebesar 6.297.314 unit. Pada tahun 2009, penjualan Yamaha sebesar 2.650.992 unit sedangkan Honda sebesar 2.701.278 unit. Total penjualan berkisar 5.352.270 unit atau lebih. Pada tahun 2010, penjualan Yamaha sebesar 3.326.380 unit  atay 45,1 % sedangkan Honda sebesar 3.416.049 unit atau 46,4 %, jadi total penjualan tahun ini sebesar 7.368.775 unit.
  
Bila kita hitung produksi kendaraan bermotor roda dua dari tahun 2005 hingga tahun 2010, menunjukkan angka yang cukup mencengangkan yaitu total produksi kendaraan roda dua adalah sebesar 40.562.536 unit dalam waktu 6 tahun. Suatu pertumbuhan produksi dan penjualan yang spektakuler. Yang menjadi pertanyaan kemanakah kendaraan roda dua ini berada, sedangkan volume ekspor dirasa tidaklah terlalu besar. Sensus pendudk tahun 2010 menunjukkan bahwa total penduduk Indonesia sebesar 237.641.326, sedangkan usia antara 15 hingga 49 tahun (yang diperkirakan mampu dengan baik untuk menggunakan kendaraan roda dua) berjumlah 130.984.460 (Data BPS hasil sensus penduduk 2010), jadi rasio produksi dan penjualan kendaraan bermotor terhadap usia pengguna adalah sebesar 0.31, maka tidaklah mengherankan bila jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar penuh sesak oleh kendaraan roda dua ini, belum termasuk pengguna kendaraan roda empat.
 
Dengan pertumbuhan penjualan sebesar itu sedangkan pertumbuhan jalan yang hanya sebesar 6,95 % dari 332.730 km di tahun 2004 menjadi 355.856 km di tahun 2008 (sumber : Prof. Firmanzah, Metro News) bisa kita bayangkan rasio jumlah kendaraan roda dua dibandingkan dengan panjang jalan adalah 114 motor / km, dan bila panjang motor rata-rata 1.8 m/motor, berarti bila setiap kendaraan jalan berurutan maka antara 1 kendaraan dengan kendaraan lain hanya membutuhkan 4.86 m jaraknya. Bisa dibayangkan betapa crowded nya jalan raya kita bila semua motor keluar secara bersamaan.
 
Berdasar data-data statistik diatas maka perlu menjadi perhatian semua stakeholder transportasi dan perhubungan baik itu Kepolisian, Dept. Perhubungan, Dept. Pekerjaan Umum, para pengguna kendaraan, Pemerintah Pusat dan Daerah, Pengamat Pertransportasian dan para Akademisi, Pengusaha Jasa Transportasi, Pengusaha dan Industry otomotif dan Penunjangnya, untuk dapat merumuskan kebijakan strategis secara bersama-sama baik itu yang bersifat umum maupun sektoral. Dept. Pekerjaan Umum sudah harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan serta penunjangnya, dan tetap menjaga pertumbuhan jalan secara rasional. Pemerintah Pusat dan Daerah diharapkan kreatif untuk menciptakan system transportasi masal sehingga bisa meminimalisasi inefisiensi akibat kemacetan jalan raya. Industry Otomotif harus secara kretaif mengembangkan ekspor untuk mengerem penjualan dalam negeri, sehingga pertumbuhan produksi tetap terjaga tanpa mengurangi pemasukan dan lapangan kerja. Aparat Kepolisian, benar-benar dapat menjamin penegakan hukum bagi pelanggaran-pelanggaran transportasi. Pengamat Pertransportasian dan Akademisi  dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi peningkatan layanan dan system pertransportasian melalui kajian-kajian ilmiahnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah pengguna jalan atau masyarakat, harus secara bijaksana dapat menggunakan wahana transportasi yang tepat dan efisien tanpa mengurangi mobilitas yang diperlukan.  Bila semua stakeholder dapat bergerak bersama dengan visi yang sama dan terintegratif dan sinergis maka niscaya permasalahan pertransportasian dapat dipecahkan bersama-sama tanpa satupun merasa kehilangan muka, kehilangan peran ataupun menurun pendapatannya. Tarikkkkkk manggggggg……
 
Last modified on Monday, 04 May 2015 23:12
Super User

Tolong komentar dengan kata-kata yang tidak menyinggung

More in this category: « Chef
Login to post comments