×

Warning

JFolder::create: Could not create folder.Path: /home/inahostn/semarawima.com/t3-assets/dev

“The power of execution”

Success is walking from failure to failure with no loss of enthusiasm.
    Winston Churchill 

Beberapa tahun yang lalu, sebelum grup lawak Srimulat bubar, saya pernah menonton adegan lucu ketika Tarzan tokoh utama episode saat itu bertanya kepada seorang pelawak lainnya yang berperan sebagai “batur” atau pembantu rumah tangga. Pertanyaannya sangat sederhana, tapi kualitasnya pertanyaannya mungkin akan membuat seorang professor akan mengernyitkan dahinya. Ia bertanya, bagaimana memberantas kemiskinan di Indonesia? Tentunya pertanyaan ini tidak mudah dijawab oleh seorang professor ekonomi dan bahkan  presiden sekalipun, karena butuh berpuluh-puluh tahun untuk bisa merumuskan kebijakan yang belum tentu juga berhasil diimplementasikan agar bisa  mengentaskan kemiskinan. Jawaban tak terduga dari pertanyaan itu dan sedikit kejam namun membuat kita tersenyum adalah sangat sederhana, yaitu “bunuhi saja yang miskin-miskin”. Walaupun terkesan kejam dan melanggar HAM, jawaban yang disertai canda terkesan pragmatis sifatnya.

Transformasi KG Menuju SDM yang Produktif dan Profesional

Setelah melampaui fase perjuangan setengah abad pertama, ditengah-tengah adanya perasaan bersyukur, tersirat ada pekerjaan rumah cukup berat yang harus dipikirkan dan dijalankan Kompas Gramedia (KG) ke depan. Persaingan yang sangat ketat menuntut setiap unit usaha KG untuk bekerja lebih keras melebihi apa yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya tentuagar pencapaian menjadi lebih baik, bertumbuh dan berkembang sesuai visi yang ditetapkan.

Menghadapi tantangan ke depan, setiap unit bisnis sejatinya memetakan ulang apa saja kebutuhan bisnis jangka panjangdan bagaimana cara untuk mencapainya. Dalam rangka tersebut, tentunya setiap elemen dalam unit bisnis KG terutama SDM-nya harus bertransformasi. SDM dipastikan harus lebih produktif dan profesional.

Teladan


Try not to become a man of success but rather try to become man of value
Albert Einstein
 
Dimana-mana kita sering mendengar orang berbicara tentang keteladanan baik itu di warung-warung kopi, di lingkungan kerja, dalam diskusi-diskusi akademis, bahkan dalam talk show di televisi dan kebanyakan cenderung dengan nada yang sedikit “miring”, ‘miris”, maupun kadangkala diwujudkan oleh munculnya perasaan “missing”. Temanya tak lebih sekitar kekecewaan dan kekhawatiran akan ketiadaan figure yang dapat diteladani dan dapat dijadikan contoh untuk diwujudkan dalam tindakan bersama dalam kehidupan sehari-hari dan juga ketidakpercayaan terhadap figure kepemimpinan yang sudah ada.
 
 
Keteladanan secara harfiah dapat dimaknakan sebagai suatu kondisi dimana kita atau siapapun dapat memberikan contoh kepada yg dipimpin atau masyarakat tentang nilai , sikap dan prilaku yang patut diikuti atau nilai-nilai yang bisa dikembangkan sebagai sebuah nilai bersama dalam kelompok ataupun di masyarakat. 
 
Hari ini, rabu 11 juli 2012, di ibukota negara tercinta kita, sedang dilaksanakan sebuah perhelatan besar untuk memilih DKI 1 sebuah istilah yang diperuntukkan bagi siapapun yang menjabat gubernur di provinsi DKI Jakarta . Pilkada DKI, diakui atau tidak merupakan barometer perpolitikan nasional, sehingga semua partai politik maupun independent menganggap bahwa Pilkada DKI sebagai gambaran Pemilu nasional.  Berdasarkan data survey Indo Barometer yang diris oleh Media Indonesia.com tanggal 12 Juli 2012, dari 6,9 juta penduduk yang memiliki hak pilih  yang menggunakan hak pilihnya hanyalah 62,95 persent. Dari angka tersebut terlihat bahwa ada peningkatan kenaikan Golput sebesar 2 % dari Pilkada tahun 2007. Besarnya angka golput menunjukkan bahwa antusiasme untuk memilih pimpinan daerah sudah mulai menurun. Kekhawatiran ini sebenenarnya sudah dapat diprediksikan dari awal oleh pemerintah hingga tingkat kementerian dalam negeri, sehingga mendorong mendagri mengeluarkan Surat Keputusan No 270-140 tentang Libur Pilkada DKI,  SK kemendagri ini kemudian dilanjutkan oleh keluarnya Pergub No 35 tahun 2012 yang mengatur tentang libur pada saat Pilkada berlangsung. Walaupun isinya sedikit salah kaprah  karena meliburkan perusahaan yang ada di DKI Jakarta , padahal tidak semua karyawannya memiliki hak pilih di DKI Jakarta, namun upaya ini diharapkan sedikit membantu untuk mengurangi kecenderungan Golput oleh karena tuntutan pekerjaan. 

Penjaga Gawang

The greater danger for most of us lies not in setting our aim too high and falling short;
 but in setting our aim too low, and achieving our mark.
~ Michelangelo
 
Penjaga gawang adalah istilah umum yang sering kita temui bila kita berbicara tentang sepakbola, olahraga terpopuler di dunia. Dia adalah orang yang ditunjuk untuk berdiri didepan gawang dan dibawah mistar, serta yang diberi kelebihan dapat memegang bola dikala sedang dimainkan kecuali keluar dari garis batas yang telah ditentukan. Perannya tentunya tidak ringan yaitu sebagai orang terakhir yang bertanggung jawab untuk mengamankan gawang dari kebobolan.
 
Tapi akhir-akhir ini tanpa disadari banyak dari kita menyebut dirinya sebagai seorang penjaga gawang, dan hampir semuanya mengaku berperan sebagai penjaga gawang untuk menunjukkan diri bahwa masing-masing juga memegang peran yang tidak ringan dalam sebuah peran keorganisasian. Sah-sah saja hal ini ini diyakini, mengingat dalam pertandingan sepabola pun pada dasarnya semua peran adalah penjaga gawang. Apakah dia seorang penyerang, pemain sayap, pemain tengah, maupun gelandang bertahan, dan kadangkala pelatih diluar garis lapangan pun berhak menyandang peran sebagai penjaga gawang. Tapi apapun argumentasinya, dalam konotasi yang sebenarnya dan secara peran jabatan, penjaga gawang adalah tetap satu dalam sebuah permainan, yang lainnya adalah membantu penjaga gawang agar gawang tidak kebobolan.

Kinerja Bagaimana Kita Menyikapinya


Memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang kinerja ibarat kita berada di depan sebuah cermin, memandang dari ujung rambut hingga ujung kaki, apakah yang kita sampaikan juga menggambarkan apa yang  telah kita lakukan. Seperti pada umumnya pembelajaran prilaku manusia (behavioral study) sangatlah tidak mudah, berbeda dengan saat kita mencari guru ataupun dosen yg berbicara tentang manajemen yang mengupas pembelajaran teoritis, tentulah sangat berbeda.  Memberikan pembelajaran tentang prilaku seperti ibarat “menguliti” diri sendiri, oleh karena ada mirror effect didalamnya.  Logika sederhana terlihat dari ilustrasi berikut yang  dicontohkan oleh susahnya siswa untuk diajarkan untuk memerangi korupsi oleh dosen yang mereka ketahui sering  suka korupsi, minimum korupsi waktu saat mengajar. Dapatkah orang mempercayai seorang Dr., ketika ingin mengobati sakit flu, sementara Dr. yang mengobati sedang batuk-batuk di depan pasien tersebut. Kepercayaan pasien bisa saja luntur, dan obat apapun rasanya tak manjur.
 

Implementasi Risk Management dalam Hubungan Industrial

 
Peringatan Hari Buruh Sedunia , yg selalu dirayakan tanggal 1 Mei setiap tahunnya, acapkali dijadikan momentum bagi buruh/pekerja di Indonesia maupun di dunia dalam menggaungkan ide-ide perjuangan buruh  melalui upaya menempatkan buruh dalam posisi  yang sama dan berimbang dalam konteks mikro maupun  makro ekonomi, serta dalam konteks social dan politik negara. Walaupun kebanyakan ide tersebut belum mampu diterapkan secara nyata dalam rangka perjuangan hak-hak untuk mendapatkan porsi yang adil dalam hubungan ketenagakerjaan, namun semangat untuk selalu menggaungkan ide-ide tersebut setiap tahunnya tidaklah pernah pudar.
Bila kita cermati  pergerakan pekerja dan serikat pekerja/buruh di Indonesia secara lebih mendalam, maka kita temukan banyak sekali fenomena yang cukup menarik dari kemunculan serikat pekerja.buruh serta ide-ide yang diperjuangkannya. Berkaitan atau tidak dengan pertumbuhan serikat buruh/pekerja di dunia, sejak krisis moneter tahun 1998, banyak sekali tumbuh serikat buruh/pekerja baru di Indonesia, yg memiliki keinginan  awal untuk membantu para pekerja dalam memperjuangkan haknya sebagai akibat PHK besar-besaran yang dialami pada saat itu, dimana jutaan pekerja tidak memperoleh pesangon yang memadai dan  hilangnya sumber pendapatan rutin mereka secara tiba-tiba. Para pengusaha yang juga mengalami krisis, tidak sanggup membayar pesangon bagi para pekerjanya, dan guna mengamankan bisnisnya, berupaya melakukan efisiensi dan restrukturisasi bisnis, yang berdampak tidak hanya penutupan usaha tapi juga  pengurangan tenaga kerja.
Dalam konteks penyelamatan bisnis tentunya sah-sah saja bagi pengusaha untuk melakukan efisiensi melalui pengurangan tenaga kerja, namun upaya tersebut tidaklah mudah dapat diterima oleh logika pekerja. Walaupun beberapa perusahaan besar menyatakan bahwa pengurangan karyawan merupakan langkah terakhir, namun realita bisnis saat itu menunjukkan data yang bertentangan dimana angka-angka pengangguran meningkat secara signifikan.

Hampa


Prof . Yohannes Surya , dalam blognya, menulis jawaban terhadap pertanyaan seorang penanya tentang apa  arti sebenarnya dari kata ruang hampa. Saya mencoba mengutipnya sebagai berikut :
 
 
Udara di atmosfer kita terdiri atas campuran berbagai gas yang jaraknya saling berjauhan. Ruangan di antara gas-gas ini dapat diisi uap air. Ketika uap air ini mengembun, maka ruangan yang diisi uap air akan menjadi hampa. Ruang hampa ini tidak bisa terdeteksi radar karena tidak ada partikel yang dapat memantulkan gelombang yang dipancarkan radar itu. Inilah yang menyebabkan pesawat celaka.
Ruang hampa bisa terjadi di darat bahkan kita bisa membuat ruang hampa, yaitu dengan cara mengisap udara suatu ruang menggunakan pompa isap. Walaupun begitu, kita tidak bisa membuat ruang yang benar-benar hampa udara. Ruang hampa yang paling hampa yang berhasil dibuat manusia saat ini masih mengandung sekitar 10 juta partikel udara setiap liternya.”
 
Akhir-akhir ini kata-kata hampa sering dipergunakan untuk pengertian yang berbeda dari pengertian arfiahnya. Kata hampa sering dimaknakan sebagai sesuatu yang “kosong”, sesuatu yang hilang dalam sebuah ruang tubuh manusia tapi bukan berkonotasi kebendaan. Tak jarang kita mendengar istilah “relung hati yang hampa”, “bathin yang hampa”, dan “pikiran yang hampa”, semuanya merupakan penggambaran yang lebih dikondisikan oleh sesuatu   yang bersifat batiniah dan rasa. Tapi mungkin sangat benar apa yang disampaikan Prof. Yohannes, bahwa kita tidak akan bisa membuat sebuah ruang yang benar-benar hampa, demikian pula ketika kita menghubungkannya dengan hati dan pikiran. Ketika kita berbicara hati dan pikiran, kehampaan berkaitan dengan keluhan, keinginan dan tuntutan akan perhatian, agar apa yg hampa dapat terisi kembali. Seperti arfiahnya, kehampaan lebih disebabkan oleh adanya “sesuatu” yang hilang,  dan besar kecilnya yang hilang tergantung pada konsidisi psikologis dari siapa yang mengalaminya. Ketika terjadi kehampaan, tubuh secara alamiah akan mencari resources yang tepat untuk mengisinya.

Buatlah Monumen


Ketika kita membaca sebuah brosur perjalanan wisata, kita selalu ditunjukkan beberapa gambar menarik mengenai tempat bersejarah, pemandangan alam, gedung , monumen dan pusat-pusat pengembangan kebudayaan sertabeberapa destinasi kuliner yang tidak boleh dilewati oleh siapapun yang berkunjung ke tempat tersebut. Kesemuanya kadangkala membuat kita berdecak kagum walaupun hanya melihat dalam foto yang ada dalam selembar brosur, yang kadangkala belum tentu juga menggambarkan kondisi nyatanya. Terlepas dari itu, gambar dalam brosur ini berusaha  meyakinkan kita bahwa ada sesuatu yang harus dilihat secara langsung dan bukan hanya angan-angan semata. Sesuatu yang mendorong siapapun yg memiliki kemampuan ekonomi untuk menyisakan sedikit dananya baik dengan menabung maupun menyediakan dana  secara langsung  untuk tujuan tersebut. 
 

Bila pekerja adalah preman

The difference between genius and stupidity is that genius has its limits
Albert Einstein
 
Premanisme adalah musuh masyarakat. Premanisme secara otomatis berkaitan langsung dengan anarkisme bila ada upaya-upaya untuk memaksakan kehendak dengan bergaya kekuatan. Beberapa hari terakhir ini kita melihat semakin merebaknya premanisme dan anarkime di lingkungan sekitar, tidak hanya di lingkungan rumah, di masyarakat, di sekolah, bahkan sudah sampai di lingkungan tempat kerja. Pada dasarnya premanisme ini berkaitan dengan sikap dan prilaku kita sehari-hari, nilai-nilai yang kita anut dan kembangkan sehari-hari dilingkungan keluarga dan masyarakat, yang kita munculkan dalam bentuk tindakan. Merupakan suatu hal yang sangat mengenaskan ketika kita memiliki cita-cita yang baik kita lakukan melalui cara-cara yang kurang baik. Cara-cara yang menentang keadaban, menentang logika kemasyarakatan, menentang logika kebenaran atas konsep-konsep kemanusiaan dan ketuhanan. Premanisme dimanapun harus dibasmi.
 

Berteman dengan anak-anak pasien Kanker

Do more than belong: participate. Do more than care: help. Do more than believe: practice. Do more than be fair: be kind.

Do more than forgive: forget. Do more than dream: work.
~ William Arthur Ward 

Tampak keceriaan sejumlah anak yang tinggal di sebuah rumah berlantai 2  berlokasi di Jalan Anggrek Neli Murni A110 Slipi. Rumah ini layaknya seperti rumah biasa, tapi ketika kita masuk kedalamnya kita akan menemukan anak-anak yang sedang berlari kesana kemari, berteriak, bernyanyi, seperti layaknya anak normal, tidak ada kesedihan sedikitpun tampak di raut wajah mereka. Kalau kita cermati secara seksama, terlihat gambaran fisik yang berbeda dari anak pada umumnya. Ada yang terlihat tak sempurna secara fisik dan ada yang terlihat seperti tak ada masalah. Dibalik keceriaan, terbersit adanya penderitaan fisik yang dirasakan dan bahkan mungkin tak satupun yang akan bisa menebak seberapa lama mereka kan bertahan dengan penyakitnya. Keceriaan tersebut sangat mengharukan dan juga memberi inspirasi. Anak-anak yang hanya “satu centimeter” dari kematian, tetap bisa ceria. Orang tua yang tadinya sedih, lambat laun merasakan tumbuhnya rasa pasrah dan menatap masa depan anak mereka dengan ceria. Sementara di belantara lain Jakarta, banyak orang “cemberut” dengan kemewahannya.