Puluhan biografi tokoh terkenal sudah saya baca, baik itu tokoh lokal maupun dunia, dari hasil bacaan tersebut tergambar mainstream bahwa betapa susahnya kehidupan yang mereka jalani pada masa muda mereka. Terbetik di pikiran, apakah kesusahan yang dialami pada usia dini tersebut sangat identik dengan keberhasilan mereka saat ini? Apakah benar orang-orang “besar” lahir dari orang-orang “kecil”? Ataukah, apakah orang sukses harus menikmati kesusahan terlebih dahulu? Oleh karena tak banyaknya rujukan yang kontradiktif dari kondisi tersebut, maka kesimpulan sementara yang dapat ditarik adalah bahwa seseorang itu berhasil karena ia telah mampu memaknai sebuah penderitaan yang ia alami pada saat ia muda dan menjadikannya sebagai kekuatan yang dashyat ketika mereka tua.
Bertambah usia adalah sebuah kodrat yang tak dapat dihindari oleh siapapun di dunia ini, namun hal ini agak sedikit berbeda bila kita kaitkan dengan terminologi tua. Bertambah tua bagi setiap orang tentunya bagai sebuah pilihan. Pilihan yang menyangkut fisik, kedewasaan maupun pengkayaan terhadap makna kehidupan. Banyak yang fisiknya terlihat tua, tapi sebenarnya usianya masih muda, demikian juga sebaliknya. Di sisi lain, banyak juga yang sudah tua secara usia namun pemikirannya jauh lebih muda dari orang seusianya. Oleh karena kemajuan riset dan pengetahuan, bahkan secara medik, saat ini sudah ditemukan cara mengukur ciri dan kondisi fisik dibandingkan usia orang tersebut.
Tak bisa dipungkiri bahwa banyak orang muda cenderung lebih bijaksana dari orang lain yang sepatutnya lebih bijaksana pada usianya. Dan banyak juga yang merasa tua tapi masih merasa belum berbuat banyak hal terhadap kehidupan mereka. Orang muda banyak yang telah menciptakan karya-karya besar baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat pada umumnya, bahkan melampaui para seniornya.
Karena kondisi ini bisa menjadi sebuah pilihan, tentunya tak salah bila orang akan memilih sesuatu yang ideal bagi dirinya. Hal ini terjadi juga pada diri saya. Ada harapan untuk lebih terlihat muda, terlihat lebih bijaksana dan bahkan ingin lebih kaya akan makna kehidupan. Tapi realitanya berbeda, manusia memang benar-benar tak mungkin sempurna. Apa yang telah diusahakan selalu masih kelihatan kurang. Kurang muda, kurang bijaksana dan bahkan masih dangkal akan makna. Yang menghibur satu-satunya adalah karena saya merasa telah berusaha.
Memberikan gambaran secara deskriptif melalui tulisan adalah salah satu cara untuk membagi tacit knowledge yang kita miliki dan mengubahnya menjadi eksplisit knowledge bagi orang lain. Mudah-mudahan bermanfaat. Walaupun tak sempurna, dan perlu banyak perbaikan, namun rasanya sudah sedikit menjawab kehausan untuk bercerita. Bercerita tentang masa lalu, disertai pernak-pernik masa sekarang, untuk kebaikan bersama pada masa yang akan datang.
Masa lalu adalah sebuah cerita, masa kini adalah nyata, masa depan adalah harapan. Alangkah indahnya ketiganya teruntai sebagai sebuah rangkaian dalam kehidupan, dan ketiganya menjadi sebuah rangkuman pemikiran yang jernih, bertanggung jawab dan independen serta bisa bermanfaat bagi setiap orang tanpa mengenal Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan.