Secara modern, kehampaan ini lebih disebabkan oleh adanya sebuah kondisi kejiwaan, yang juga merupakan sebuah tanda-tanda ketidakseimbangan emosi yang bila berlarut akan berakibat pada munculnya depresi. Depresi sendiri memang menjadi momok saat ini. Secara umum ada 3 pengkategorian tanda-tanda depresi, yaitu berupa tanda-tanda fisik, emosi dan kognitif. Tanda-tanda fisik berupa perubahan prilaku yang dicirikan oleh; upaya menarik diri dari orang-orang, lingkungan kerja, kesenangan dan aktivitas; menghela nafas, menangis, mengerang; munculnya kegelisahan; malas untuk beraktivitas, serta penurunan motivasi.
Tanda-tanda emosi dapat berupa; munculnya rasa ketakutan, merasa tertekan, mudah marah; perasaan butuh bantuan; kesedihan, merasa sengsara; merasa kewalahan terhadap tugas-tugas rutin; masa bodoh dan apatis; munculnya kekurang percayaan diri, kehilangan jati diri, merasa tanpa harapan; merasa diri tidak menarik; kehilangan rasa nyaman dan perasaan selalu tegang. Sedangkan tanda-tanda kognitif, dapat berupa; kehilangan konsentrasi; ketidakmampuan untuk membuat keputusan; pesimis; menyalahkan diri sendiri; kehilangan ketertarikan untuk ikut dalam aktivitas-aktivitas; munculnya kebencian terhadap diri sendiri.
Tubuh dapat memberikan petunjuk fisik mengenai depresi ini, yaitu terlihat dari adanya; kelelahan, kepenatan, kekurangan semangat; gangguan tidur seperti tidur berjalan, tidak bisa tidur walaupun merasa kelelahan, nafsu makan meningkat maupun menurun; kehilangan dorongan seksual. Dengan membaca petunjuk-petunjuk fisik dari tubuh, kita akan dapat mengenali secara dini munculnya depresi. Setelah kita mengenali petunjuknya ini, menjadi pertanyaannya, apakah penyebabnya? Dan bagaimana menyikapinya.
Laurie Pawlik-Kienlen, seorang penulis menyebutkan ada delapan penyebab munculnya depresi ini yaitu ; pertama, merasa kehilangan sesuatu dalam kehidupan seperti kematian, perceraian, terpisah dari sesuatu yg sudah biasa, trauma karena kehilangan harapan dan jati diri, dan rasa bersalah. Kedua, rasa marah yang tidak terekspresikan, fenomena “nice guy” yang tidak mendapatkan komentar negatif, dan tidak pernah marah dalam kondisi apapun sangat potensial untuk mengalami depresi. Ketiga, ketidakseimbangan hormonal dan kimia otak. Pada penderita depresi ada cairan kimia otak yang mengalami penurunan yaitu noradrenaline, serotonin, dan dopamine. Ketiganya berfungsi dalam proses menghambat rekasi-reaksi dan tanggapan neurologis yang tidak menguntungkan. Lima hal lain penyebab depresi adalah, factor keturunan, gender (wanita lebih mudah depresi daripada wanita), stress, harapan yang tidak realistik dan ingin sempurna, dan dihadapkan pada perjuangan kondisi kesehatan lainnya seperti jantung, stroke, diabetes, cancer dan tumor. Dengan mengetahui gejala dan penyebab dapat membantu dalam menghindarkan munculnya depresi tersebut.
Upaya yang dapat ditempuh untuk menghindarkan hal ini adalah dengan upaya membangun penilaian diri secara positif, yaitu dengan berusaha mengenali diri sendiri dan memahami kekurangan dan kelemahan sebagai sesuatu yang alamiah, dan mencari terobosan untuk mencari penyebabnya serta dengan jujur mengakuinya. Kembali kepada adanya perasaan hampa, tentunya kita dituntut untuk secara jujur mengakuinya dan mencari penyebabnya. Kadangkala solusi positif dapat dilahirkan dari hal-hal yang tak terduga, secara social tidak diakui sebagai suatu hal yang positif dan kadangkala bukan sesuatu yang popular untuk dilakukan. Apakah reaksi akan tepat, waktu lah yang akan mengukurnya, yang dibutuhkan adalah perubahan yang terukur, oleh karenanya perubahan bukanlah sebuah yang instan. Lima pedoman yang dijadikan penulis untuk selalu memberi nuansa positif adalah; Pertama, Berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa dan Menghormati Orang Tua; Kedua, Menyayangi Semua Mahluk Ciptaan-Nya ; Ketiga, Berusaha Melakukan yang Terbaik di Jalan yang Benar dan Dalam Segala Hal; Berfikir Positif, Tidak Emosional, dan Penuh Pembelajaran; Terakhir/kelima, Harus Selalu Ikhlas, Pasrah dan Sabar.